My first movie with Ida


Dalam rangka memanfaatkan libur setengah hari menyambut Natal, tadi siang gue janjian ketemuan sama Ida sepulang kantor. Makan siang telat jam 2 lewat di ayam bakar Megaria, abis itu Ida punya ide. (eh… berima, ya? Harusnya “Ida ada ide” biar lebih lucu… hmmm… atau “Ade Ida ada ide” — ckkk… apa sih!)
“Nonton yuk!”
Wah bener juga, gue belom pernah nonton sekalipun sama dia.
“Nonton apa?”
“Tuh ada Brownies…”
“Yaa… jangan Brownies deh…”
“Apa dong?”
“Yang itu kayanya seru tuh; Bangsal 13
“Ah, kayaknya serem gitu…”
“Tapi bagus kok! Seru! Kaliii…”
“Ya udah deh ayo.”

Beli tiket, langsung masuk. Filmnya baru mulai. Adegan di layar: latar belakang hitam, tulisan model font ketikan warna hijau pudar, pemandangan sebuah rumah sakit tua berkelebatan.
“Tuuu… kan filmnya horror…baru mulai aja udah gitu…”
“Malah bagus kan, nanti kalo kamu takut kan aku jadi ada alasan meluk-meluk, kaya taktiknya anak SMA kalo ngajak cewe nonton”
“Oh iya ya, nanti kalo aku takut dipeluk-peluk yaaaa… hihihihihi”

Beberapa saat kemudian…adegan di layar sejumlah korban kecelakaan didorong masuk ke ruang gawat darurat, pada aduh-aduhan sambil berdarah-darah.
“Apa ngga sebaiknya kita nyari film yang adegannya lebih menyenangkan aja nih?” (mulai terganggu)
“Lha ini menyenangkan, seneng kan, liat orang berdarah-darah gitu?”
“Orang gila.”

Film berjalan lagi… adegan: tokoh utama (cewek) muncul.
“Ini siapa sih yang main, Dian Sastro ya?”
“Kayanya bukan deh. Ih tampangnya jutek gitu, semoga cepet dimakan setan tu orang”

Adegan: tokoh utama film lagi ngerokok sendirian malem-malem di kamar mandi.
“Ngapain sih dia ngerokok sendirian malem-malem gitu?”
“Biasalah… namanya juga film horor”
“Hiiyy… setannya mau keluar nih kayanya… aku mau takut ah!”
“Asiik… sini sini aku pegangin kamu”

Beberapa menit berlalu, adegan masih si tokoh ngerokok di kamar mandi
“Mana sih setannya?” (mulai kecewa)
“Tau nih…ck…” (ikutan kecewa)
Adegan: angin berhembus kencang.
“Naaa… ini dia nih setannya muncul”
“Hiyyy… aku takuuutt…”
“Sini, sini…”
Adegan: si tokoh matiin rokok
“Lho, mana setannya, ga jadi muncul?”
“Iya, payah deh ah!”

Adegan: suasana rumah sakit di malam hari, sepi.
“Dari tadi kok ngga muncul-muncul sih setannya ya yang…”
“…zzz…”
“Heh! Kok malah tidur sih!”
“…huh? Mana? Mana? Setannya keluar?”
“Hu-uh!”

Adegan: tokoh menatap diri di dalam kaca.
“Nih biasanya kalo adegannya gini, setan muncul di belakangnya nih… hiiiy…”
“Iya kali nih” (penuh harap)
Adegan: tokoh membalikkan badan, menyalakan rokok, terus menghisap rokok.
“Lhaah… belom muncul juga setannya!” (mulai kesel)

Adegan: suasana rumah sakit di malam hari, sepi.
“…zzz…”
“Idih! Tidur lagi, sih!”

Adegan: muncul seorang suster, di seragamnya bertuliskan Frida
“Ooo… namanya Frida, yang”
“Siapa?”
“Itu, susternya”
“Pemainnya, namanya Frida?”
“Bukan, susternya”
“Kok tau?”
“Itu ada tulisannya”
“Tulisan apa? Di mana?”
“Ah udahlah…”

Adegan: setannya muncul.
“Huaaaa!!! Aku takuuuttt….” (dengan nada setengah lega krn akhirnya tu setan muncul juga)
“Ah gimana sih, orang kalo rajin sholat tuh takutnya sama Allah, bukan sama setan.”
“…” (cemberut)

Adegan: suasana rumah sakit di malam hari, sepi.
“…zzz…”
“Daripada tidur gitu mending kita keluar aja kali, nggak?”
“…huh? Bentar dong, kan aku penasaran pingin tau endingnya.”
“Aku enggak.”

Adegan: tokoh ngobrol
“Jam berapa sih sekarang?”
“Empat kurang”
“Masih lama ya…”

Adegan: di dapur 2 orang suster mengambilkan mi dari panci buat pasien.
“Liat deh yang, mi-nya mi rebus kering gitu ngga ada kuahnya, apa rasanya ya?”
“Sempet-sempetnya sih merhatiin mi-nya?”

Adegan: satpam mengunci pagar
“Rumah sakit kok pagernya dikunci sih, kalo dateng pasien malem2 gimana coba?”
“…” (sambil mikir ‘sempet-sempetnya sih merhatiin pager?’)

Adegan: penutup. Film selesai.
“Idih! Endingnya gitu doang sih!”
“Tuh kan, mendingan nonton Brownies kan tadi…!”
“Kayaknya bagus nih buat ditulis di multiply…”

Eksplorasi konten lain dari (new) Mbot's HQ

Langganan sekarang agar bisa terus membaca dan mendapatkan akses ke semua arsip.

Lanjutkan membaca