“Kalo gue mau beramah-tamah, gue pergi ke arisan keluarga, bukan ke kantor,” begitulah prinsip salah seorang temen gue. Bentuk nyatanya, dia hampir nggak pernah menunjukkan usaha nyata untuk bersopan-santun di kantor. Kalo disapa nyaris nggak pernah bales, kalo nyuruh nggak pernah pake kata ‘tolong’, kalo anak buah salah main bentak – bahkan gebrak meja.
“Di kantor, yang penting performance. Biarpun lo sopan sama semua orang tapi kerjaan lo nggak becus, tetep aja lo akan dimaki. Tapi biarpun lagak lo tengil kayak setan, tapi kalo kerjaan lo beres, pasti lo disayang boss. Jadi, nggak perlu deh sopan-sopanan di kantor, yang penting buktiin bahwa lo bisa kerja!”
Rasanya ada yang salah dengan prinsip dia, tapi mau nggak mau gue memang harus mengakui – dan sering ngeliat langsung buktinya – bahwa dalam situasi sulit, boss akan memilih si bajingan yang kompeten ketimbang si ramah yang dungu.
Jadi, apakah sopan-santun di kantor itu nggak perlu?
Jawabannya gue temukan dalam peristiwa dua hari belakangan.
Kemarin, Tuti, anggota tim gue (bukan nama betulan – pernah muncul di journal yang ini) menemukan sebuah email aneh di inboxnya. Pengirimnya adalah Jamil (masih nama samaran), karyawan divisi sebelah yang nggak Tuti kenal. Emailnya berisi attachment sebuah file animasi flash, yang menayangkan sebuah ‘pesan cinta’ lengkap dengan slide show foto-foto Tuti dalam berbagai pose!
Animasi berdurasi sekitar 3 menit itu memunculkan aneka pesan basi seperti:
“…aku telah lama merindukanmu, walaupun mungkin tak kau sadari…”
“…maafkan bila selama ini aku mengganggumu dengan telepon tak bersuara – karena aku hanya ingin mendengar suaramu…”
“…sosokmu selalu terbayang di benakku…”
Sebagai latar belakang muncul gambar bunga-bunggan, tokoh kartun, dan puluhan foto Tuti.
Walaupun secara estetis file animasi itu layak diganjar kurungan badan saking noraknya, tapi pertanyaan yang lebih mendasar adalah: dari mana pengirimnya bisa dapet foto-foto Tuti yang cuma tersimpan di harddisknya? Tuti nggak merasa pernah men-share folder penyimpan foto-foto itu, atau mengirimkannya kepada siapapun.
Dari hasil tanya sana-sini, Tuti berhasil mendapatkan nomor ekstension Jamil pengirim file animasi itu. Ketika ditelepon, jawabannya:
“Hehehe… iseng aja kok mbak… itung-itung salam kenal, gitu…”
“Tapi Mas dapet dari mana foto-foto saya?”
“Ah, ya udahlah… nggak usah dipikirin, lupain aja mbak…”
Enak aja main lupain. Kalo foto yang nggak dishare bisa pindah tempat, kemungkinan terbesarnya adalah hacking. Dan kalo si Jamil ini terbukti meng-hack komputer Tuti, artinya dia telah melakukan tindak pembocoran data yang bisa dikenakan SP3 alias pemecatan! Langsung gue suruh Tuti bikin email pengaduan ke pihak IT, yang ikutan gue reply dengan desakan untuk SEGERA menyelesaikan kasus ini. Tapi berhubung kejadiannya udah sore, sampe waktunya pulang belum ada respon dari pihak IT.
Tadi pagi, Tuti heboh lagi. Awalnya dia curiga karena setting tampilan inbox emailnya agak berubah. Setelah dia teliti lebih lanjut, ternyata semua email yang berkaitan dengan Jamil udah lenyap! Artinya kemungkinan besar si Jamil sekali lagi menerobos komputer Tuti dan mengacak-acak file di dalamnya. Kali ini bukan sekedar mengcopy, tapi udah bertindak lebih jauh dengan mendelete email. Bener-bener sindroma hacker baru belajar kemarin sore, sorenya pun udah ba’da Isya. Dan parahnya, kondisi ini komplikasi dengan puber dadakan dengan waktu, tempat, dan orang yang salah.
Tuti langsung kirim email ke Mas Toro (juga bukan nama betulan), bossnya si Jamil. Email itu di-CC juga ke pihak IT, ke gue, dan tak ketinggalan “The Prince Charming” himself Jamil. Isinya kronologis kejadian sejak kemarin dan protes keras atas tingkah norak Jamil. Mas Toro langsung angkat telepon menghubungi Tuti, terkaget-kaget atas ulah anak buahnya, dengan perasaan campur aduk antara marah dan malu. Setelah diselidiki ternyata emang udah lama si Jamil ini jadi ‘secret admirer’-nya Tuti. Kalo kebetulan ketemu di lift girangnya setengah mati, padahal Tuti bahkan nggak tau orangnya yang mana.
“Mbak Tuti, saya sebagai atasan Jamil mohon maaf sebesar-besarnya, dan saya mohon dengan sangat urusan ini kita selesaikan secara internal saja – jangan dibawa ke pihak IT…” kata Mas Toro. Berhubung tadi pagi gue lagi nggak di kantor, pesan yang sama juga dikirimkan ke gue via email.
Gue sendiri sebenernya gemes banget liat ulah hacker cap kutu kupret kaya si Jamil ini, dan berpendapat bahwa selembar SP3 akan lucu juga kaleee, tapi… Mas Toro jadi pertimbangan lain buat gue. Selama ini hubungan gue dengan Mas Toro dan timnya selalu baik, kalo ada perlu selalu disampaikan dengan tata cara yang penuh tata krama, dan pada dasarnya dia adalah atasan yang baik. Kebetulan aja lagi apes dapet anak buah dodol kaya si Jamil. Dan kalo si Jamil sampe kena SP3, Mas Toro sebagai atasan juga akan ikutan repot. Bisa dalam bentuk dipertanyakan tingkat pengawasannya atas perilaku bawahan, atau bahkan dianggap gagal menjalankan kepemimpinan.
Dengan pertimbangan itulah akhirnya gue menyetujui permintaan Mas Toro. Maka gue akhirnya belajar tentang pentingnya sopan-santun di kantor: Attitude won’t take you to the highest place, but it might save you from the deepest shit.
Dan tentang Jamil? Gue bersimpati kepada istri dan ketiga anaknya yang setiap hari menunggu penuh harap di rumah.
Gambar gue pinjem dari sini
ekuya
/ 6 Juli 2009Buka toko online gratis dan promosikan usaha anda secara gratis, hanya di http://www.ekuya.com
SukaSuka
prajuritkecil
/ 25 November 2008iih… pengen nabok!
SukaSuka
ban6
/ 22 November 2008Itu kisah nyata ya boz?Cuma satu kata yg co2k untk siJAMIl “sungguh terlalu”
SukaSuka
ban6
/ 22 November 2008Kalo menurt gw sich ramah tamah dikantor penting jua.Ya apa lg di kala ngadapin boz,itung2 carmuklah 🙂
SukaSuka
kangbayu
/ 16 November 2008Apus aja data pribadinya gung? Atau di-scramble gitu? Biar yaa barang dua-tiga bulan amplop gajinya nyasar ke cabang Jayapura dulu gitu?
SukaSuka
mbot
/ 16 November 2008aduh fredy, pointnya bukan itu pak…
SukaSuka
mbot
/ 16 November 2008hehehe iya banget tuh.
SukaSuka
mbot
/ 16 November 2008ya udah mending baca sekali lagi ajaa…
SukaSuka
mbot
/ 16 November 2008*setelah gue baca2 posting terdahulu ternyata tokoh ini adalah yang namanya tuti, bukan rini, jadi postingnya gue ralat, hehe…boleeeh, silakan dipake buat plot buku, kayaknya seru tuh!
SukaSuka
mbot
/ 16 November 2008jgn sampe main dukun2an deh…. tambah ajaib aja nih kantor
SukaSuka
mbot
/ 16 November 2008tapi cerita ini sih nggak masuk dalam buku berikut, kayaknya…
SukaSuka
mbot
/ 16 November 2008waktu baru kejadian sih katanya dimaki2 abis, tapi nggak tau kelanjutannya diapain lagi
SukaSuka
mbot
/ 16 November 2008betuuulll…
SukaSuka
mbot
/ 16 November 2008ini jamil orang kantoran, bukan artiiis…
SukaSuka
mbot
/ 16 November 2008bukaaaan…
SukaSuka
mbot
/ 16 November 2008gampang, laporin aja sama bossnya dan/atau IT
SukaSuka
mbot
/ 16 November 2008wah kalo sampe berhadapan sama ailsa abis deh
SukaSuka
mbot
/ 16 November 2008hehe, bukan berarti yang namanya jamil aneh2 semua kan…
SukaSuka
mbot
/ 16 November 2008krisis identitas, barangkali
SukaSuka
mbot
/ 16 November 2008gue serahkan keputusannya sama bossnya aja, terserah mau diapain
SukaSuka