
Gue, dan mungkin ribuan orang lain yang bobotnya berada di sisi kanan layar timbangan, punya hubungan cinta tapi benci dengan makanan. Kami sangat doyan makan, tapi akibat dari kedoyanan yang teramat sangat itu membuat kami menderita. Pihak yang kami salahkan sebagai biang keladi? Tentu aja makanannya. Pihak yang menghibur kami kalau lagi kesal? Ya makanan juga. Begitu aja terus, terjebak dalam lingkaran setan tiada akhir.
Atau mungkin kalian lebih akrab dengan skenario berikut: makanan terbagi menjadi makanan jahat dan makanan baik. Kalau kita makan makanan yang “jahat” maka kita harus “dihukum” dengan melaparkan diri sesudahnya, atau dengan olah raga sebagai “penebus dosa“. Kalo yang dimakan adalah makanan “baik“, bebas mau makan seberapa banyak pun. Dijadiin cemilan juga boleh.
Sounds familiar?
Lalu gue menemukan video ini: