Dongeng untuk Rafi: Kisah Putri Jeruk


Seiring dengan pertambahan usianya, acara mendongeng untuk Rafi jadi semakin ‘menantang’. Dulu (baca: 5 bulan yang lalu), dongeng interaktif yang ceritanya seputar kehidupan sehari-hari udah cukup menghibur buat dia. Tapi sekarang, di tengah-tengah dongeng interaktif yang gue ceritakan sampe berbusa, dengan nggak sopannya Rafi sering memotong dengan, “Bapak, cerita yang lain aja…” pertanda dia nggak tertarik dengan ceritanya.

Maka, kembali bapaknya harus puter otak untuk menciptakan dongeng gaya baru buat Rafi, dan pilihan akhirnya jatuh pada dongeng anak-anak yang udah ada. Seperti pernah gue bilang, gue benci sama dongeng yang temanya dikejar-kejar raksasa, tipu-tipu si kancil, kutukan-kutukan jadi batu, dan putri raja kawin-mawin dengan pangeran. Maka gue memilih sebuah dongeng yang menurut gue rada lumayan ‘mendidik’ yaitu “Dongeng Putri Jeruk”.

Kalo nggak salah waktu kecil dulu gue pernah punya sebuah kaset dongeng berjudul “Putri Jeruk”. Terus terang gue juga udah lupa-lupa inget gimana cerita lengkapnya, tapi bukankah improvisasi merupakan bagian penting dari seni dongeng?

“Rafi, diceritain bapak mau?”
“Mau! Yes, asik!” jawabnya antusias.
“Pada jaman dahulu kala, hiduplah sepasang suami istri, bapak dan ibu yang sudah sangat tua. Mereka sedih karena belum memiliki anak yang lucu, pintar, baik hati, sopan dan soleh, seperti…?”
“Rafi!” Seperti biasa, anak ini memang PD-nya sejuta.
“Nah, bapak dan ibu ini setiap hari berdoa, agar bisa segera memiliki anak. Akhirnya, pada suatu malam, si bapak bermimpi mendengar suara. Suara itu berkata, ‘Hai bapak tua, besok pagi, pergilah ke kebun dan petiklah sebuah jeruk. Di dalamnya kau akan menemukan seorang anak yang engkau minta’.”
“Anak lucu seperti Rafi?”
“Iya. Nah, keesokan paginya, si bapak tua pergi ke kebun dan memetik sebuah jeruk. Jeruk ini dibawanya pulang, dan dikupasnya bersama istrinya. Ternyata benar! Di dalamnya ada anak yang sangat lucu…”
“Seperti Rafi.”
“Iya seperti Rafi, yang kemudian diberi nama si Putri Jeruk. Bapak dan ibu ini sangat senang, mereka merawat si Putri Jeruk dengan penuh kasih sayang. Setelah beberapa lama merawat Putri Jeruk di rumah, kini tiba saatnya untuk membawa Putri Jeruk ke dokter, untuk diimunisasi…”
“Loh?” Ida yang ikutan nguping dongeng gue mulai menunjukkan gelagat mau protes. Rafi sendiri masih mendengarkan penuh minat, walaupun pastinya sama sekali nggak mudeng apa itu imunisasi.

Tanpa mempedulikan reaksi negatif sebagian penonton, gue melanjutkan cerita. “Di tempat pak dokter, bapak dan ibu tua serta si Putri Jeruk duduk manis di ruang tunggu. Sebagaimana layaknya para orang tua yang sedang mengantri dokter, tidak lama kemudian ada seorang ibu yang mengajak bapak dan ibu ini mengobrol.
‘Ini anaknya ya pak?’ ibu itu bertanya.
‘Iya,’ jawab si bapak tua.
‘Kok kecil amat?’
‘Yah… maklum, sebab kami dapatnya dari dalam jeruk.’
‘Oooh… pantes. Makanya kayak saya dong pak. Lihat, anak saya besar dan montok, kan? Nah, itu karena saya dapatnya dari SEMANGKA.'”

PLOK, sebuah bantal menimpa gue, sebagai bentuk protes Ida yang keberatan dengan isi dongeng yang semakin surealis. Gue tetap melanjutkan cerita, karena Rafi masih menyimak dengan tekun.

“‘Tapi bapak masih mending pak. Walaupun anaknya kecil, tapi kan cuma satu. Lihat ibu yang di sebelah sana. Kasihan sekali dia, anaknya kecil-kecil dan banyak, karena dapatnya dari dalam KACANG PANJANG.’

Tidak lama kemudian, terdengar suara ribut-ribut dari luar. Beberapa orang berlarian masuk sambil berteriak, ‘Awas.. awas… kasih tempat…!’

Bapak tua menjadi heran, dan diapun bertanya kepada ibu yang tadi mengajak ngobrol, ‘Ada apa sih, kok orang-orang pada lari?’
‘Oh, paling karena Pak Tono datang.’
‘Memang kenapa dengan Pak Tono?’
‘Anaknya dapat dari DUREN… jadi udah gede, banyak durinya, bikin darah tinggi, lagi…’
Nah, demikianlah dongeng si Putri Jeruk. Pesan moralnya, berhati-hatilah dalam memilih buah-buahan.”

“Bapak, ceritain Thomas aja dong…”

Tinggalkan komentar

35 Komentar

  1. Hahaha.. Putri Jeruk yang Santi Sardi ya? Gw inget lagunya:Ada seorang putri cantikMenjelma dari buah jerukKecil mungil seibu jariPutri Jeruk itu namanyaBaik budinya, ramah tamahCantik rupanya, amat lucuBerkenalan dengan pangeranPutri Jeruk cantik rupawanMudah bersembunyiSukar dicariKadang di siniTahu-tahu di situDikira di atasTahu-tahu di sepatu*bunyinya emang ajaib gini. Mungkin itu sebabnya gw ingat ;)*

    Suka

    Balas
  2. menyambung nanin: imunisasi flu babi ya Gung?menyambung cerita diatas: semestinya putri jeruk, nggak gampang sakit Gung. krn banyak mengandung vitamin. kl putri duren, kemungkinan sakit darah tinggi ya.. ah tau ah. hahaha gue lebih seneng sama ceritalo dibanding cerita aslinya 😀

    Suka

    Balas
  3. tempat imunisasinya di pasar minggu ya Gung?

    Suka

    Balas
  4. mudah2an rafi semakin diberi kesabaran memiliki bapak seperti ini

    Suka

    Balas
  5. Wakakakakakakak…hillarioussssssssssssssssss! 😀

    Suka

    Balas
  6. ailtje said: Ceritanya ngaco. Tapi saya jadi penasaran, apa yagn dilakukan Mas Agung dan Mbak Ida sampai Rafi jadi pede bener?

    entahlah. tapi mungkin ada faktor bawaan juga, yaitu anak ini memang senang tersenyum. tentu aja semua orang senang diajak senyum oleh rafi, makanya dia lebih banyak mendengar komentar positif dari orang lain – termasuk orang yang baru ditemuinya. selain itu kami juga nggak pernah mengeluarkan kata-kata ‘label’ negatif seperti ‘nakal’ atau ‘kurang ajar’ kepada rafi. kalo dia salah, kami menyebutnya ‘nggak pinter’ atau ‘belum ngerti’.

    Suka

    Balas
  7. lindungganteng said: Mbot: “Pada jaman dahulu kala ada sepasang suami istri yang sangat mendambakan kehadiran sebuah lokomotif yang berguna.. Pada suatu malam si bapak mendengar suara dalam mimpinya untuk segera ke kebun dan memetik sebuah jeruk. Di dalamnya akan ada sebuah lokomotif yang diinginkan..”Rafi: “…………”*bingung bukan kepalang*

    oh itu juga udah pernah kok. waktu itu bapaknya lagi males cerita dan diminta cerita, maka ceritanya selalu berakhir dengan menemukan sesuatu di dalam buah. “bapak, ceritain thomas dong…””pada suatu hari, seorang bapak tua mengupas jeruk dan di dalamnya ada thomas. selesai ceritanya.””kalo gitu ceritain james dong.””di hari berikutnya, bapak tersebut mengupas jeruk dan di dalamnya ada james.”demikian seterusnya sampe rafi putus asa dan memilih untuk tidur 🙂

    Suka

    Balas
  8. revinaoctavianitadr said: Karena dia cuma sampe di level: ‘si bapak ngbelah semangka dan muncullah seorang bayi yang lucu’.

    kalo sampe kayla kepikiran bikin cerita sengaco ini malah serem kali… hehehe…

    Suka

    Balas
  9. anzarra said: cmn kebayang kl yg nulis manuskrip Cinderellanya elo gung. Cinderella mungkin gak akan pake kereta labu, tapi kereta, euh.. duren? 😀

    …dan waktu cinderella pulang lewat dari jam 12 ketangkep petugas razia dinas sosial dan berakhir di ‘panti rehabilitasi wanita malam’ :-p

    Suka

    Balas
  10. hahahaha………..

    Suka

    Balas
  11. hahahhaha…..setiap baca postingan tentang rafi bikin kepala pusing jadi hilang ….

    Suka

    Balas
  12. mbot said: “Pada jaman dahulu kala, hiduplah sepasang suami istri, bapak dan ibu yang sudah sangat tua. Mereka sedih karena belum memiliki anak yang lucu, pintar, baik hati, sopan dan soleh, seperti…?””Rafi!” Seperti biasa, anak ini memang PD-nya sejuta.

    Ceritanya ngaco. Tapi saya jadi penasaran, apa yagn dilakukan Mas Agung dan Mbak Ida sampai Rafi jadi pede bener?

    Suka

    Balas
  13. hihi belajar buah

    Suka

    Balas
  14. Untuuunnngg Rafinya pinter… gamo diboongin si Bapak.. hahaha..

    Suka

    Balas
  15. wakakakakakakkakkk…idem sama mb vina, ngebayangin ekspresi ida hahaha…

    Suka

    Balas

Ada komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Eksplorasi konten lain dari (new) Mbot's HQ

Langganan sekarang agar bisa terus membaca dan mendapatkan akses ke semua arsip.

Lanjutkan membaca